Sebagai
gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, Slamet memiliki keindahan yang
tidak kalah dengan Gunung Semeru. Dari puncaknya, Anda dapat melihat
lautan awan dan sunrise yang dahsyat.
Mungkin selama ini orang lebih mengenal Gunung Semeru sebagai puncak
tertinggi Pulau Jawa. Sedangkan Gunung Slamet sebagai puncak tertinggi
kedua di Jawa seakan terpinggirkan layaknya anak tiri. Bolehlah sedikit
mengenalkan Gunung Slamet, puncak tertinggi Jawa Tengah, puncak kedua
Pulau Jawa dan puncak tertinggi keempat di Indonesia.
Gunung Slamet merupakan gunung berapi dengan ketinggian 3.428 mdpl
yang terletak di empat kabupaten, yakni Brebes, Banyumas, Purbalingga,
dan Kabupaten Pemalang yang ada di Jawa Tengah.
Pendakian Gunung Slamet dapat dilalui melalui tiga jalur, Bambangan,
Baturraden dan Kali Wadas. Jalur yang umum dilewati adalah Bambangan,
sebuah dusun di Kabupaten Purbalingga. Untuk mencapai dusun Bambangan,
bagi yang berdomisili di Jakarta bisa ditempuh dengan kereta api dan
turun di stasiun Purwokerto. Dari stasiun Purwokerto bisa naik angkot
tujuan pertigaan Serayu.
Namun, karena biasanya kereta api dari Jakarta sampai di Purwokerto dini hari, lebih baik perjalanan
dilanjutkan dengan menyewa mobil. Tarifnya Rp 200 ribu untuk sampai
pertigaan Serayu, atau Rp 300 ribu langsung ke basecamp di dusun
Bambangan.
Basecamp Gunung Slamet
Di basecamp Bambangan kita bisa istirahat dulu 1 atau 2 jam, sambil menunggu pos pedaftaran di buka sekitar pukul 7 pagi. Dari Bambangan, perjalanan dimulai dari gapura sebelum masuk ladang pertanian. Tujuan pertama pendakian adalah pos I, Gembirung, yang dapat ditempuh sekitar 90 menit hingga 120 menit dengan jalan yang menanjak, melewati ladang pertanian dan hutan pinus.
Pos I Gembirung
Pos I adalah satu dari tiga pos di Gunung Slamet yang terdapat shelter. Banyak pendaki jika sampai di Bambangan agak sore, langsung melakukan pendakian dan bermalam disini. Dari pondok gembirung, perjalanan dilanjutkan menuju pos II walang, dengan medan yang bisa dikatakan lebih berat dari sebelumnya. Perjalanan menuju pos II walang dapat ditempuh antara 45 menit sampai 90 menit. Di pos II tidak terdapat shelter, jadi tidak disarankan untuk bermalam disini. Bila terpaksa bermalam di pos II, bisa memuat sekitar 3 atau 4 tenda dengan kapasitas lima orang.
Pos II Walang
Dari pos II menuju pos III cemara, dapat ditempuh dalam waktu 45 menit sampai 90 menit. Dengan medan yang hampir sama dengan medan dari pos I menuju pos II, tanpa ada trek mendatar sekalipun. Jika memulai perjalanan dari basecamp di Bambangan sekitar pukul 08.00 pagi, sampai di pos III cemara sekitar pukul 12 siang. Kita bisa istirahat sejenak sambil makan siang disini. Kalau pun mau mendirikan tenda disini, pos III cemara dapat memuat 5 sampai 6 tenda berukuran 5 orang.
Setelah segar kembali karena perut di isi, perjalanan dengan medan yang tetep sama dapat dilanjutkan ke daerah paling seram di Gunung Slamet, pos IV samarantu. Jadi, amat sangat tidak diajurkan untuk bermalam di pos ini. Lebih baik naik sedikit ke pos V yang lebih aman.
Dari cerita penduduk setempat, nama samarantu berasal dari kata dalam
bahasa jawa "samar," yang artinya tidak terlihat dan "hantu" yang
artinya hantu. Jadi, arti samarantu itu hantu yang tidak terlihat. Jika
memang mau "uji nyali" seperti di acara tv, pos IV samarantu dapat
memuat 3-4 tenda berukuran 5 orang.
Pos V Mata Air
Pos berikutnya adalah pos V sumber air, disinilah sumber air terakhir
via jalur Bambangan. Tapi, perlu dingat bahwa sumber air di Pos V hanya
terdapat di musim hujan, jadi jika pendakian dilakukan dimusim kemarau,
harap membawa air dari bawah. Dari pos IV samarantu menuju pos V sumber
air dapat ditempuh dalam waktu 30 - 45 menit, dengan medan yang masih
sama. Kalau fisik sudah tidak memungkinkan, disarankan untuk bermalam di
Pos V, karena disini terdapat shelter yang dapat memuat 10-15 orang.
Namun bila fisik masih mumpuni, dianjurkan untuk melanjutkan
perjalanan dan bermalam di pos VII, agar lebih dekat saat "summit
attack" esok paginya. Sebelum menuju pos VII, kita harus melewati pos VI
samyang rangkah. Perjalanan menuju pos VI samyang rangkah dapat
ditempuh sekitar 30 - 45 menit dengan medan yang masih tetap sama, tapi
dengan pemandangan sedikit berbeda. Vegetasi mulai berkurang, dan jika
cuaca cerah, di track ini kita bisa melihat Gunung Sindoro dan Sumbing.
Dari pos VI samyang rangkah, kita memerlukan waktu sekitar 30 - 45
menit menuju pos VII samnyang jampang. Inilah camp terakhir yang
disarankan sebelum menuju puncak. Selain terdapat shelter yang bisa
memuat 10-15 orang, di pos VII juga terdapat lahan yang cukup luas untuk
mendirikan tenda jika tidak kebagian tempat di shelter.
Dari pos VII menuju puncak dibutuhkan waktu sekitar 1 - 2 jam,
melewati pos VIII kendit. Di lereng menuju puncak curam, sangat tidak
disarankan mendirikan tenda. Dari pos VII menuju pos VIII kendit
membutuhkan waktu sekitar 15 - 30 menit.
Dari kendit dibutuhkan sekitar 15 - 30 menit lagi untuk mencapai Pos
IX palawangan yang merupakan batas terakhir vegetasi. Selepas palawangan
kita akan mendaki lereng curam yang dipenuhi kerikil untuk mencapai
puncak. Dari pos IX menuju puncak, dibutuhkan waktu 30 menit sampai satu
jam dengan medan curam berbatu, namun pemandangannya sangat eksotis.
Seperti kata pepatah, "berakit-rakit kehulu berenang ketepian",
setelah melewati medan yang sangat menyiksa, disambut puncak yang sangat
indah dengan sunrise dan lautan awannya.
Setelah puas menikmati puncak, kita dengan berat hati harus turun karena matahari sudah mulai tinggi. Walaupun perjalanan turun, karena medan yang sulit menjadi tidak mudah. Setelah sarapan dan packing, kita meluncur turun kembali ke dusun Bambangan. Waktu yang ditempuh untuk turun ke Bambangan sekitar 3-4 jam.
Mungkin ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin mendaki
Gunung Slamet. Hindari untuk memilih bulan Februari, karena bulan itu
cuaca sangat ekstrim dan banyak menelan korban jiwa. Jika ingin mendaki
di musim kemarau, usahakan untuk membawa persediaan air dari Bambangan.
Karena dikhawatirkan air di pos V tidak mengalir.
Terakhir saya ingin mengutip sebuah quote keren yang mungkin bisa
memberi motivasi untuk mendaki gunung, dari seorang pensiunan akuntan
berusia 60 tahun yang mampu menaklukan Gunung Kilimanjaro, puncak
tertinggi Afrika, Barry Finley. "Every mountain top is within reach if
you just keep on climbing." Selamat menaklukan puncak-puncak Indonesia.